Minggu, 09 Agustus 2009

PERISTIWA

Teguran Keras Rektorat untuk Aspirasi



Oleh : Triyogo Handoyo (Pemred ASPIRASI)


Awal bulan Mei, tiba-tiba Ferry Triharsono, kepala bagian kemahasiswaan datang ke Aspirasi dan meminta Jurnal Edisi Mei, seraya memanggil saya untuk menemuinya di ruang kemahasiswaan, Gedung Rektorat, Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran ” Jakarta.


Padahal waktu belum bulat menunjukkan jam delapan pagi. Entah, angin apa yang membawa Ferry untuk memanggil saya, dengan raut yang serius tentunya. Hampir siang, sekitar jam sebelas saya memenuhi panggilan itu. Ia bertanya dan mempersoalkan tentang Jurnal Edisi Mei yang mengangkat tentang penahanan sembilan mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jakarta, dan aksi mahasiswa pada 28 April 2009 silam. Berita yang diangkat Aspirasi tersebut dianggap provokatif oleh pihak Rektor. Wakil Rektor (Warek) III Prijadi, memberitahu saya ditemani Nobelson selaku Kepala Biro (Karo) Kemahasiswaan dan Djamhari sebagai anggota tim advokasi LBH UPN yang juga menangani kasus yang sedang marak pertengahan April lalu.

Menurut Rektor Budiman Djoko Said, tulisan Aspirasi dinilai provokatif dan memojokkan dirinya sebagai Rektor UPNVJ. Pemanggilan saya tidak berhenti sampai disini, berlanjut hingga hari pembukaan Pendidikan Jurnalistik Mahasiswa (PJM) XXIV yang diselenggarakan oleh Aspirasi, kami berdiskusi dan mendengar keluhan rektor tentang dampak pemberitaan Jurnal Aspirasi yang dianggap membawa citra negatif dan merosotnya Pendaftaraan Mahasiswa Baru (Penmaru) 2009.

Hingga akhirnya pemanggilan kami yang ketiga, masih di sela-sela PJM berlangsung, Budiman meminta untuk diskusi dengan salah satu praktisi jurnalistik yang sekaligus menjadi pembicara yaitu : Ali Nur Yasin, Redaktur Tempo yang bersedia kami undang untuk diskusi dengan rektor yang menjabat sejak 2006 silam.

Namun, sayangnya karena Rektor mangkir dari diskusi tersebut. Diskusi tersebut diserahkan oleh wakilnya. Warek II, Ferryadi. Selain itu, dalam diskusi itu juga turut hadir Humas UPN, Kusumayanti dan Djamhari. Di ruang kerja ferryadi, tepatnya di kursi tamu kita masih berdialog tentang Jurnal Edisi Mei, dengan etika kejurnalistikan, proposional berita dan perbandingan antara Pers kampus dengan Pers Nasional.

Kami kira, hingga tiga kali pemanggilan itu masalah sudah selesai. Namun, hal ini malah justru berbuntut panjang, yaitu ditandai dengan adanya surat teguran keras dari pihak Rektor yang ditujukan untuk Aspirasi. Ternyata teguran itu tidak hanya mampir ke Aspirasi saja tapi juga ke keseluruh UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) di kampus Veteran. Isi surat teguran atau somasi yang dilayangkan oleh pihak rektorat kepada Aspirasi itu merupakan bentuk dari pemasungan terhadap kebebasan pers mahasiswa. Untuk itu, kami dari pihak redaksi Aspirasi meminta dukungan moriil dari FPMJ (Forum Pers Mahasiswa Jakarta) dengan menghadirkan berbagai (LPM) Lembaga Pers Mahasiswa dari 13 Universitas di Jakarta. Isi dari diskusi lesehan ini diantaranya membahas betapa represifnya rektorat dalam menekan Aspirasi, mulai dari proses peliputan yang dibatasi dan tidak kooperatif ketika diwawancarai.

Sebagai bentuk dukungan FPMJ dalam forum diskusi lesehan yang diadakan pada Kamis, tanggal 30 Juli 2009 itu. Teman-teman LPM dari 13 Universitas memberikan cap stempel dan tanda tangan sebagai bentuk dukungan untuk kebebasan pers di Aspirasi. Selain FPMJ, diskusi yang diadakan di depan skretariat baru LPM Aspirasi ini juga turut mengundang Bang Eko dari Aliansi Jurnalistik Independen (AJI) sebagai pembicara dan juga UKM, HMJ serta BEMU kampus yang dinaungi langsung oleh Departeman pertahanan ini.

Diselenggarakannya diskusi lesehan ini dilakukan untuk mencari jalan keluar (red:Advokasi) atas permasalahan somasi rektorat yang tidak logis karena dengan sengaja menekan Pers Kampus untuk mengangkat berita yang bernilai positif dibandingkan menyajikan berita sensasi negatif yang merusak citra UPN. Padahal, berita itu mencerminkan realita sosial yang terjadi di kampus hijau ini. Tak hanya itu, diskusi ini juga ternyata dijadikan peluang bagi para anggota-anggota UKM lainnya untuk mengeluarkan unek-uneknya tentang sikap rektorat yang menggunakan kekuasaanya untuk mengekang kreatifitas mahasiswa.

Diskusi ini berakhir menjelang magrib tiba. Namun, semangat perjuangan untuk memperoleh hak berkreatifitas dalam mengangkat berita dan bebas mengeluarkan pendapat tidak berhenti sampai disini untu itu dari pihak Aspirasi sepakat untuk meneruskan masalah ini ketahap yang lebih serius yaitu, dengan melakukan konsolidasi bersama BEMU dan Ormawa lainnya untuk diperjuangkan kembali oleh Badan Eksekutif Mahasiswa UPNVJ dalam proses shearing dengan pihak Rektorat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar