Minggu, 29 November 2009

Hari Sumpah Pemuda Bukan Hiasan Dinding Negara

Kami putra-putri Indonesia bertanah air satu tanah air Indonesia;
Kami putra putri Indonesia berbangsa satu bangsa Indonesia;
Kami putra putri Indonesia berbahasa satu bahasa Indonesia.
(Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928)

Derap semangat pemuda Indonesia tergambar begitu berkobar ketika menculik Soekarno dan Hatta pada peristiwa Rengasdengklok, mendesak keduanya untuk segera memproklamirkan kemerdekan Indonesia. Alasannya sederhana, mereka tak lagi dapat melihat pihak asing terus menggerogoti tanah Indonesia.

Seperti pidato Bung Karno pertama kali saat menggantikan Cokroaminoto dalam rapat, “Saudara, kita adalah bangsa yang kaya. Jika kita tancapkan kayu maka akan tumbuh menjadi makanan untuk kita, tetapi mengapa bangsa kita tetap kelaparan?”.

Itulah sebuah kisah pemuda Soekarno, semangat yang luar biasa saat membuka rapat ketika pra revolusi kemerdekaan 1945. Sebenarnya semangat pemuda Indonesia telah lahir kala tercetusnya sumpah pemuada pada tahun 1928. Komunitas-komunitas pemuda lokal telah banyak meyakini akan hadirnya sebuah bangsa tanpa penindasan. Keyakinan itulah yang pada akhirnya menentukan pemuda Indonesia dalam meretas perjuangan kemerdekaan. Walau sebenarnya pada tahun 1917 telah terdapat kumpulan pemuda Jawa yang mengatasnamakan “Tri Koro Darmo (Jong Java)”.

Menariknya, pemuda kala itu tidak terdeteksi dengan usia, pemuda lebih cendrung masyarakat Indonesia yang mempunyai semangat pembebasan nasional. Mereka yang dapat bersosialisasi dengan masyarakat, mereka yang dapat memberikan pendidikan gratis, mereka yang bersemangat membangun organisasi pembebasan nasional. Ya, itulah makna pemuda kala itu, dimana pemuda menjadi puncung senjata kekuatan rakyat.

Pertanyaannya, bagaimana dengan makna pemuda dalam sumpah pemuda era modernitas? Apakah pemuda tetap menjadi kumpulan masyrakat yang mempunyai semangat untuk meneruskan perjuangan untuk mencapai cita-cita kemerdekaan Indonesia seratus persen.

Saya pikir, seharusnya pemuda pada hari ini harus kembali kepada sejarah pemuda Indonesia itu sendiri. Karena tanpa mengetahui peta sejarah pemuda Indonesia , pemuda pada era ini akan bias dalam memaknai ruh pemuda dalam sumpah pemuda. Jika sejarah pernah bercerita tentang bergemanya isi dari Sumpah Pemuda yang penuh komitmen dan keyakinan jika Negara Indonesia harus tetap ada. Karena bagi pemuda kala itu tak ada jalan lagi selain tetap setia diatas tanah airnya.

Kesetian terhadap anah air memang menjadi suatu hal yang prinsipil. Suatu prinsip hanya dapat diukur dengan pikiran yang terkait dengan tindakkan. Dengan begitu, pemuda tanpa tindakkan hanya akan menjadi candu dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Apalagi dalam konteks kehidupan sosial hari ini yang telah jauh dari konsep keadilan. Dimana keadilan menjadi suatu hal yang bias dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia.

Jika dulu bangsa Indonesia bergelut dengan kolonialisme bangsa asing, hari ini bangsa Indonesia bergelut dengan kebijakan pemerintah bangsa sendiri. Sehingga tak salah jika kawan dari Yogya dalam kaosnya tertera sebuah kalimat “ Kaum kuli di negeri janji”. Segala permasalahan yang mengungkap Land Reform pun tak pernah selesai. Bahkan sampai masalah pendidikan, bangsa ini terus dijadikan pusat penerimaan buruh-buruh baru dalam wilayah Industri asing.

Kenyataan diatas merupakan masalah yang diidap bangsa Indonesia sampai saat ini. Mahasiswa yang bagian dari salah satu unsur pemuda terdidik ternyata masih jauh diharapkan. Sehingga mahasiswa hanya menjadi unsur kelas yang berbeda dengan pemuda tani atau pemuda buruh. Akibatnya, mahasiswa hanya dapat berteriak dibawah terik matahari tanpa ada dukungan dari masyarakat arus bawah.

Bagi saya, mahasiswa adalah pemuda yang beruntung mendapatkan pendidikan lebih tinggi. Dengan pendidikan, pemuda dapat terus menganalisa, bersikap dan bertindak terhadap apa yang diyakini jika itu merupakan sebuah kebenaran. Sedangkan kebenaran hanya dapat dirasakan ketika nihilnya kosep keadilan.

Artinya, tanggung jawab moral seorang pemuda merupakan menyelesaikan suatu kebenaran dan konsep keadilan yang masih abstrak. Sehingga pemuda menjadi basis kekuatan kembali dalam tatanan Negara Indonesia. Karena pada dasarnya, perjuangan pemuda adalah mendidik rakyat dengan apa yang mereka punya, apa yang mereka butuhkan dan apa yang mereka rasakan. Sehingga identitas masyarakat tercipta dengan sendirinya dan pemuda hanya menjadi pendukung atas lahirnya semangat kemerdekaan yang terbelenggu.

Sekali lagi, tulisan ini bukan menjadi angin simbol kala hari Sumpah Pemuda dikumandangkan. Tetapi tulisan ini hanya kisah klasik atas pemaknaan pemuda Indonesia yang terlupakan. Karena Sumpah Pemuda merupakan janji bagi pemuda-pemuda Indonesia masa lalu dan masa ini.

oleh : Hendro ramadhani - Didaktika UNJ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar